Bunda, tak sedikit orangtua yang mengeluh karena anaknya suka memukul kalau marah atau keinginannya tak dituruti. Hal ini memang sebaiknya jangan terus dibiarkan agar tidak berkelanjutan hingga dia dewasa.
Bunda perlu mendidik sikap buah hati yang seperti itu hingga dia bisa mengontrol diri. Dikutip dari Parenting USA, silakan dibaca saran dari dr. William Sears, seorang dokter spesialis anak di California berikut ini:
1. Jangan Memukul Balik
Bagi sebagian orangtua, memukul merupakan tindakan yang tepat untuk mendisiplinkan si kecil. Memukul atau menampar anak adalah cara sederhana agar dia mau mengerti. Namun, memukul balik bisa membuat anak menjadi bingung karena menasihati mereka dengan cara yang sama. Akan lebih baik bila bunda memperingatinya dengan tegas serta memberikan dia konsekuensi yang mendidik.
2. Cari Tahu Apa Pemicunya
Bila anak sering memukul, perhatikan apa pemicu sebenarnya. Apakah dia melakukan itu karena lelah, bosan, lapar, atau marah? Selain itu, bisa jadi dia juga terpengaruh oleh lingkungan keluarga atau sekelilingnya. Untuk mengatasi hal ini, coba perhatikan anak saat bermain lalu amati reaksinya terhadap anak-anak lain. Pastikan kalau dia tidak memukul, terutama ke wajah. Cara ini bisa membantu kita sebagai orangtua mengurangi sikap anak yang suka memukul.
Bila anak sering memukul, perhatikan apa pemicu sebenarnya. Apakah dia melakukan itu karena lelah, bosan, lapar, atau marah? Selain itu, bisa jadi dia juga terpengaruh oleh lingkungan keluarga atau sekelilingnya. Untuk mengatasi hal ini, coba perhatikan anak saat bermain lalu amati reaksinya terhadap anak-anak lain. Pastikan kalau dia tidak memukul, terutama ke wajah. Cara ini bisa membantu kita sebagai orangtua mengurangi sikap anak yang suka memukul.
3. Tunjukkan Cara Berkomunikasi yang Baik
Dalam kebanyakan kasus, anak-anak sebenarnya tidak memukul orangtua karena marah atau frustasi, tapi karena mereka ingin mendapatkan perhatian lebih dari orangtua. Kunci untuk mengubah perilaku buruk tersebut dengan menunjukkan cara berkomunikasi yang baik. Sebagai contoh, kalau anak kesal, lalu memukul, sebaiknya bunda cepat merangkul serta memeluknya. Beritahukan bagaimana cara menepuk lengan atau wajah dengan lembut. Ingat, mengubah kebiasaan si kecil memang butuh kesabaran.
Dalam kebanyakan kasus, anak-anak sebenarnya tidak memukul orangtua karena marah atau frustasi, tapi karena mereka ingin mendapatkan perhatian lebih dari orangtua. Kunci untuk mengubah perilaku buruk tersebut dengan menunjukkan cara berkomunikasi yang baik. Sebagai contoh, kalau anak kesal, lalu memukul, sebaiknya bunda cepat merangkul serta memeluknya. Beritahukan bagaimana cara menepuk lengan atau wajah dengan lembut. Ingat, mengubah kebiasaan si kecil memang butuh kesabaran.
4. Buatlah Komunikasi yang Menyenangkan
Beberapa anak memiliki kebiasaan alami untuk menggunakan tangan mereka sebagai alat komunikasi. Maka dari itu, bunda perlu mengajari mereka dengan membuat komunikasi yang menyenangkan. Misalnya, begitu dia ingin memukul, cepat intervensi dengan menggerakkan tubuh dan katakan ‘ayo tos’. Hal itu akan membuat si kecil bingung, bisa jadi tersenyum dan tidak menjadi melakukannya. Cara ini dapat mengurangi kebiasaan buruk anak seiring berjalannya waktu.
Beberapa anak memiliki kebiasaan alami untuk menggunakan tangan mereka sebagai alat komunikasi. Maka dari itu, bunda perlu mengajari mereka dengan membuat komunikasi yang menyenangkan. Misalnya, begitu dia ingin memukul, cepat intervensi dengan menggerakkan tubuh dan katakan ‘ayo tos’. Hal itu akan membuat si kecil bingung, bisa jadi tersenyum dan tidak menjadi melakukannya. Cara ini dapat mengurangi kebiasaan buruk anak seiring berjalannya waktu.
5. Sediakan Banyak Waktu untuk Anak Anda
Luangkan waktu yang banyak agar bisa mengubah kepribadian si kecil. Sering-seringlah memeluk serta mengajak mereka bermain agar dia semakin dekat dengan Anda. Ajarkan dia menggunakan tangan secara lembut hingga anak benar-benar bisa mempraktekannya.
Luangkan waktu yang banyak agar bisa mengubah kepribadian si kecil. Sering-seringlah memeluk serta mengajak mereka bermain agar dia semakin dekat dengan Anda. Ajarkan dia menggunakan tangan secara lembut hingga anak benar-benar bisa mempraktekannya.
“Plok!” telapak tangan si kecil mendarat keras di lengan kanan temannya, karena kesal lantaran mobil balap favoritnya diambil temannya tanpa permisi. Memukul merupakan reaksi alami saat seseorang anak merasa kesal, marah, atau frustasi. Maka, tidak aneh jika di usia ini anak-anak sering saling pukul. Hal ini bisa dimaklumi karena:
- Belum tahu bagaimana cara yang tepat mengekspresikan rasa marah atau kesal.
- Mulai menyadari fungsi dan kekuatan tangannya. Dengan memukul, ia tahu reaksi lawannya.
- Belum bisa bicara. Bicara adalah ekspresi verbal. Anak yang belum bisa bicara menggunakan bahasa tubuh untuk menyampaikan maksudnya.
- Kelebihan energi dan tidak tahu cara menyalurkannya.
- Tidak tahu akibat dari pukulannya terhadap korban.
Meski anak punya alasan untuk memukul, bukan berarti bunda mengizinkannya main pukul untuk mengekspresikan perasaan atau menyalurkan kelebihan energinya.
Catatan:
- Hindari Teriakan, “Jangan Pukul!” Teriakan bunda bukanlah cara yang tepat untuk melarang. Bunda perlu bicara tegas, diikuti penjelasan, tapi bukan berteriak. Misalnya, “Nah, jangan pukul temannya, ya. Karena temanmu bisa sakit.” Dari cara ini, anak dapat mendengar pesan dan mencerna penjelasan tanpa perlu harus mendengar teriakan bunda.
- Ganti Pukulan Dengan Kalimat. Ganti perilaku memukul dengan cara lain. Misalnya, ajarkan ia kata-kata seperti “Jangan ambil!”, “Ini punyakku!”, “Tidak Boleh!” atau “Pergi!”. Sehingga saat teman si kecil merebut mainan yang sedang dimainkan, ia dapat mengatakan kata-kata itu, sebagai bentuk pembelaan dirinya, bukan memukul.
(sumber: Hadila & petiteelle asia )